FUNGSI MANUSIA MENURUT ISLAM
Dalam Islam beberapa peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini adalah beberapa dimensi hakikat penciptaan manusia berdasarkan pandangan Islam.
1. Sbagai
Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai
hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi
kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan
ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, haji dan melakukan ibadah
lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan
dalam ayat berikut ini
وَمَآ
اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ
حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ
الْقَيِّمَةِۗ
Padahal
mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
2. Sebagai
al-Nas
Dalam Al-Qur’an manusia juga disebut
dengan al-nas. Kata al-nas dalam Al-Qur’an mengacu pada hakikat
manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah
SWT berikut.
يٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ
وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Wahai
manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan
dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu.
3.
Sebagai khalifah Allah
Manusia
adalah mahkluk sentral di Planet ini. Selain penciptaannya yang paling sempurna
dan seimbang, mahkluk-mahkluk lain yang ada seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan
diciptakan untuk kepentingannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hak pemakmuran dan pengelolaan bumi beserta isinya diberikan kepada manusia
sebagai konsekuensi logis atas kesediaannya memangku amanah Allah.[1]
هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ فِى الْاَرْضِۗ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ
كُفْرُهٗۗ وَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ اِلَّا
مَقْتًا ۚوَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ اِلَّا خَسَارًا
Dialah
yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir, maka
(akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang
kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran
orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka belaka.
Dalam
konsep Islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil, pengganti
atau duta tuhan di muka bumi. Dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah
swt dimuka bumi, manusia akan dimintai tanggungjawab dihadapannya. Tentang
bagaimana ia melaksanakan tugas suci kekhalifahannya. Oleh sebab itu
dalam melaksanakan tanggungjawab itu manusia dilengkapi dengan berbagai potensi
seperti akal pikiran yang memberikan kemampuan bagi manusia berbuat demikian.[2]
Kata
khalifah juga mengandung makna pengganti nabi Muhammad saw dalam
fungsinya sebagai kepala Negara, yaitu pengganti Nabi Saw dalam jabatan kepala
pemerintahan dalam Islam baik urusan agama maupun dunia.
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ
جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ
تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا
ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ
Dan
ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan
menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan
di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi.
(QS. Al-A’raf: 47).
Kesimpulan
besar dari Tujuan penciptaan manusia yang dapat kita Tarik dalam makalah
singkat ini adalah:
1. Tujuan
penciptaan manusia pertama adalah untuk mengabdi dan menghambakan diri
kepada Allah SWT (ibadah). Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena ibadah dapat
dikatakan sempurna apabila dilaksanakan atas dasar landasan iman kepadaNya. Semakin
tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula kualitas ibadah
yang dilakukan. Allah SWT dan RasulNya memerintahkan seseorang untuk senantiasa
meningkatkan dan memperbaharui keimanan, karena iman dapat mengalami pasang
naik maupun pasang surut.
2. Tujuan
penciptaan manusia yang kedua adalah Allah menempatkan manusia sebagai khalifah
fi al-ardh, yaitu manusia yang diberi derajat tinggi untuk mengatur,
mengelola dan mengolah semua potensi yang ada dimuka bumi. Keadaan ini mendidik
manusia untuk selalu berfikir kearah pengembangan pengelolaan seluruh potensi
yang ada sehingga tercipta sumber daya manusia (SDM) yang professional.
Terpilihnya manusia sebagai pemimpin di muka bumi mendidik mereka untuk
memberikan takaran yang seimbang bagi manusia itu sendiri bahwa di satu sisi ia
harus bertanggungjawab terhadap dirinya, masyarakat dan alam semesta, dan di
sisi lain ia tidak dapat melepaskan dirinya sebagai hamba yang harus patuh
terhadap cosmos Ilahiyyah.[3] Tarbiyah Ijtimaiyah
(pendidikan kemasyarakatan) yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan
perasaan orang lain. Seorang muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti
saudaranya walaupun hanya dengan menebar bau yang tidak enak. Ibnu Qayyim
berpendapat, tidak cukup hanya tanpa menyakiti perasaan saja, seorang muslim
harus mampu membahagiakan dan menyenangkan hati saudara-saudara di sekitarnya.[4]
3. Tujuan
penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban amanah, yaitu
kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT.
Hal ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan
mematuhi perintah tersebut. Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar tidak
dikhianati, baik amanah dari Allah SWT dan RasulNya maupun amanah antara sesama
manusia. Di samping itu, manusia juga dididik untuk bertanggungjawab atas
segala perbuatannya. Karena kelak di akhirat akan dihisab untuk menerima
imbalan pahala atau balasan azab. Tidak ada seorang pun dapat menggantikan
kedudukan orang lain untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan tak seorang
pun lolos tanpa pembalasan.[5]
[1] Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Spritualitas dan Ahklak), (Jakarta: Aku
Bisa, 2012), 37.
[2] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi
Islam Jiid 3, (Jakarta, PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2003), 35
[3]
[4] Armai Arief, Reformulasi Pendidikan
Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), 166.
[5] Aisyah Bintu Syati, Manusia
dalam Perspektif al-Quran, Penterjemah: Ali Zawawi, judul asli: Maqal fi
al-Insan, Dirasah Quraniyyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), 95.
Label: MENULIS
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda