Senin, 09 Januari 2023

FUNGSI MANUSIA MENURUT ISLAM

Dalam Islam beberapa peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini adalah beberapa dimensi hakikat penciptaan manusia berdasarkan pandangan Islam.

1.     Sbagai Hamba Allah

Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, haji dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).

2.     Sebagai al-Nas

Dalam Al-Qur’an manusia juga disebut dengan al-nas. Kata al-nas dalam Al-Qur’an mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya  Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

3.     Sebagai khalifah Allah

Manusia adalah mahkluk sentral di Planet ini. Selain penciptaannya yang paling sempurna dan seimbang, mahkluk-mahkluk lain yang ada seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk kepentingannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hak pemakmuran dan pengelolaan bumi beserta isinya diberikan kepada manusia sebagai konsekuensi logis atas kesediaannya memangku amanah Allah.[1]

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ فِى الْاَرْضِۗ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهٗۗ وَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ اِلَّا مَقْتًا ۚوَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ اِلَّا خَسَارًا

Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir, maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka belaka.

Dalam konsep Islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil, pengganti atau duta tuhan di muka bumi. Dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah swt dimuka bumi, manusia akan dimintai tanggungjawab dihadapannya. Tentang bagaimana ia melaksanakan tugas suci kekhalifahannya. Oleh sebab itu dalam melaksanakan tanggungjawab itu manusia dilengkapi dengan berbagai potensi seperti akal pikiran yang memberikan kemampuan bagi manusia berbuat demikian.[2]

Kata khalifah juga mengandung makna pengganti nabi Muhammad saw dalam fungsinya sebagai kepala Negara, yaitu pengganti Nabi Saw dalam jabatan kepala pemerintahan dalam Islam baik urusan agama maupun dunia.

وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ

Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi. (QS. Al-A’raf: 47).

Kesimpulan besar dari Tujuan penciptaan manusia yang dapat kita Tarik dalam makalah singkat ini adalah:

1.     Tujuan penciptaan manusia pertama adalah untuk mengabdi dan menghambakan diri kepada Allah SWT (ibadah). Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena ibadah dapat dikatakan sempurna apabila dilaksanakan atas dasar landasan iman kepadaNya. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula kualitas ibadah yang dilakukan. Allah SWT dan RasulNya memerintahkan seseorang untuk senantiasa meningkatkan dan memperbaharui keimanan, karena iman dapat mengalami pasang naik maupun pasang surut.

2.     Tujuan penciptaan manusia yang kedua adalah Allah menempatkan manusia sebagai khalifah fi al-ardh, yaitu manusia yang diberi derajat tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang ada dimuka bumi. Keadaan ini mendidik manusia untuk selalu berfikir kearah pengembangan pengelolaan seluruh potensi yang ada sehingga tercipta sumber daya manusia (SDM) yang professional. Terpilihnya manusia sebagai pemimpin di muka bumi mendidik mereka untuk memberikan takaran yang seimbang bagi manusia itu sendiri bahwa di satu sisi ia harus bertanggungjawab terhadap dirinya, masyarakat dan alam semesta, dan di sisi lain ia tidak dapat melepaskan dirinya sebagai hamba yang harus patuh terhadap cosmos Ilahiyyah.[3] Tarbiyah Ijtimaiyah (pendidikan kemasyarakatan) yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan perasaan orang lain. Seorang muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti saudaranya walaupun hanya dengan menebar bau yang tidak enak. Ibnu Qayyim berpendapat, tidak cukup hanya tanpa menyakiti perasaan saja, seorang muslim harus mampu membahagiakan dan menyenangkan hati saudara-saudara di sekitarnya.[4]

3.     Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban amanah, yaitu kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Hal ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut. Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah SWT dan RasulNya maupun amanah antara sesama manusia. Di samping itu, manusia juga dididik untuk bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Karena kelak di akhirat akan dihisab untuk menerima imbalan pahala atau balasan azab. Tidak ada seorang pun dapat menggantikan kedudukan orang lain untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan tak seorang pun lolos tanpa pembalasan.[5]



[1] Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Spritualitas dan Ahklak), (Jakarta: Aku Bisa, 2012), 37.

[2] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jiid 3, (Jakarta, PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2003), 35

[3] Berutu, Ali G. 2020. “KEKUASAAN ALLAH DAN HUKUM ISLAM BAGI MANUSIA DAN ALAM.” OSF Preprints. October 18. doi:10.31219/osf.io/ys45a.

[4] Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), 166.

[5] Aisyah Bintu Syati, Manusia dalam Perspektif al-Quran, Penterjemah: Ali Zawawi, judul asli: Maqal fi al-Insan, Dirasah Quraniyyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), 95.

BACA JUGA

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar disini

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda