Rabu, 07 September 2016

Kegelisahanku hari ini



MEROSOTNYA MORAL PARA PEMIMPIN KAMI

Demokrasi telah memberi ruang yang seluas-luasnya kepada setiap golongan masyarkat untuk ikut bertarung dalam kancah perpolitikan di tanah air baik lokal maupun pusat. Maka tidak heran dizaman sekarang ini banyak orang-orang berlomba-lomba untuk menduduki kursi empuk eksekutif maupun legeslatif tanpa memandang golongan dan latar belakang pendidikan. Setuju atau tidak dizaman sekarang ini modal utama untuk maju ke pemeilihan eksekutif dan legeslatif setidaknya memerlukan dua faktor pendudukung, pertama adalah popularitas dan kedua adalah kekuatan finansial (uang). Kedua faktor tersebut sama sekali tidak memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin, karena pada dasarnya seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan terhadap yang dipimpin, inilah yang terkadang terabaikan dalam sistem demokrasi kita sekarang ini.
Pemimpin yang hanya mengandalkan popularitas dan kekuatan finansial terkadang tidak dibarengi dengan keelokan moral, sehingga hal ini akan menimbulkan masalah yang tersendiri bagi kelangsungan negara kita kedepan. Sebenarnya nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan kepada setiap pemimpin kita kedepannya, dengan demikian diharapakan pemimpin kita dapat mengemban amanah yang dialamatkan kepadanya. Saat ini kenyataan yang kita dapati hanya berupa pemimpin yang korup  dan kehidupan yang serba hedonisme (poya-poya) inilah penyakit kronis pemimpin di negeri ini.
Banyak kepala daerah atau para anggota dewan yang “katanya” terhormat hidup dengan gelimangan harta sementara disekelilingnya masih hidup dalam garis kemiskinan. Bukankah mereka dipilih untuk mensejahterakan rakyatnya? Tapi kenyataan saat ini rakyat hanya sebagai barang dagangan para pemimpin tersebut, atas nama rakyatlah mereka menjalankan program-program pemerintah baik dari tingkat daerah sampai tingkat pusat, tapi apa yang didapatkan rakyat dari program-program tersebut?....lalu bandingkan dengan apa yang didapatkan oleh para pemimpin kita dari setiap proyek-proyek yang dijalankan ditengah-tengah masyrakat, belum lagi proyek tersebut sebenarnya tidak layak bila dibandingkan dengan nominal rupiah yang dianggarkan untuk proyek tersebut. Sehingga apa yang terjadi kemudian adalah tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Banyak kasus-kasus seperti ini di daerah-daerah, bangunan yang menghabiskan anggaran puluhan sampai ratusan juta rupiah tidak dapat dipergunakan dan menjadi bagunan bak rumah hantu. Lalu apa sebenarnya tujuan mereka mengadangan proyek itu? apakah benar untuk mensejahterakan rakyat? Atau hanya menjual nama rakyat? (cukup anda nilai sendiri).. Belum lagi proyek-proyek yang tidak tepat sasaran sehingga komplitlah sudah penderitaan rakyat didaerah tersebut.
Disisi lain buruknya moral para pemimpin kita dapat kita lihat dari tingkah laku mereka ketika mereka melakukan perjalanan dinas keluar daerah. Perjalanan yang pada dasarnya dibiayai oleh rakyat dengan harapan dapat menyelesaikan permasalahan sosial-ekonomi rakyatnya guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat cenderung disalahgunakan dengan seenaknya saja,. Mungkin kemegahan ibu kota telah melalaikan fungsi dan peran mereka di tengah-tengah masyarakat. Mereka bak sekumpulan kerbau Afrika yang baru saja menemukan hamparan padang rumput yang huijau dan aliran sungai yang bersih dan segar, mereka melahap semua rumput-rumput segar itu tampa memikirkan teman-temannya yang ditinggal ditempat asalnya berada. Belum lagi kehidupan gemerlap  ibu kota terkadang telah melalaikan siapa mereka, mereka tampaknya tidak sadar bahwa kehidupan ini hanyalah sementara.
Pada akhirnya perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia kita kedepannya, peningkatan SDM yang dimaksud harus menyertakan nilai-nilai budaya dan agama sehingga kedepannya terlahir pemimpin kita yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur tidak lagi seperti pemimpin sekarang ini yang jauh dari nilai-nilai moral dan agama yang kita yakini bersama ditengah-tengah masyarakat.
Kalimat terkhir dari tulisan ini adalah, mari kita ingat dan camkan baik-baik “Tiap-tiap Kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin itu akan dimintai pertanggung jawabannya” pertanggung jawaban yang saya maksud bisa jadi oleh negara ataupun oleh tuhan yang maha kuasa.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ciputat, 07 September 2016
AGB


BACA JUGA

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar disini

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda