Senin, 09 Maret 2015

KRITIKAL REVIEW TESIS



KAMUS AL-MUNAWWIR DALAM PERSPEKTIF
LEKSIKOGRAFI DAN LEKSIKOLOGI 
ROSALINDA (2007)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Indonesia
 

Oleh :YUDI FERIZA

BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
            Dalam latar belakang, peneliti memaparkan seputar sejarah perkamusan Arab dan pengaruhnya Islam dan bahasa Arab dipelosok dunia. Dan peneliti juga mengaitkan dari perjalanan sejarah kamus dengan perkamusan Arab-Indonesia hingga muncul kamus al-Munawwir.
            Selanjutnya peneliti membahas problematika yang ada dalam kamus al-Munawwir. Dan juga memmaparkan urgensi judul yang dipaparkanya. Adapun judulnya adalah “Kamus al-Munawwir dalam Perspektif Leksikologi dan Leksikografi”.  

  1. Permasalahan
  1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dari judul ini peneliti menemukan berbagai masalah yang muncul, yaitu: Aspek penggunaan syawāhid atau sumber pengambilan kosa kata, aspek kaidah-kaidah imla’, aspek penyajian kosa kata, dan aspek penyajian makna.
  1. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasinya hanya pada aspek penyajian kosa kata dan aspek penyajian padanan.
  1. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian, yaitu: Apakah corak kamus al-Munawwir cenderung abjadi sharfi yang jadzri, non jadzri atau kedua-duanya? Apakah padanan lema dalam kamus al-Munawwir cenderung padanan sempurna atau padanan sebagian?
  1. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Tujuannya adalah untuk mengetahui corak kamus cenderung abjadi sharfi yang jadzri, non jadzri atau kedua-duanya dan mengetahui padanan entri dalam kamus al-Munawwir cenderung padanan sempurna atau padanan sebagian. Sedangkan kegunaannya adalah memberikan kontribusi berupa informasi tentang leksikografi dan leksikologi dalam kamus al-Munawwir terhadap peminat kamus untuk mengetahui kamus yang tepat sesuai kebutuhan dan menambah khazanah kepustakaan di bidang perkamusan di Indonesia. 
  1. Tinjauan Pustaka
Dalam tesis ini dituliskan beberapa karya terdahulu yang relevan, yaitu berupa dua karya buku dan dua artikel. Buku karya Emil Badi’ Ya’qub berjudul al-Ma’ājim al-Lughawiyyah al-‘Arabiyyah Bada’atuhu wa Tathawwuruhu dan Bukunya Ali al-Qāsimi yang judulnya ‘Ilmu al-Lughah wa Shinā’atu al-Mu’jam. Sedangkan berupa artikel penelitian yaitu karya Ahmad Saehudin tentang tradisi penyusunan kamus Arab sebuah tinjauan terhadap sejarah leksikografi Arab dari awal muncul sampai penyusunan entri yang sistematis.
Semua karya tulis ini hanya berkaitan tentang kamus Arab. Sedangkan, kamus Arab-Indonesia sangat langka yang membahas tentang leksikografi. 

  1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis-deskriptif.
  1. Sumber Data dan Objek Penelitian
Sumber data primer adalah kamus al-Munawwir edisi kedua cetakan keempatbelas tahun 1997.
Data dibatasi pada 5 bab dari 28 bab yaitu bab Hamzah, Zal, Dlad, Ghain, dan Ya’, karena telah memenuhi jumlah minimal sampel 10-20 %. Pemilihan sampel ini dengan menggunakan teknik dan data lain adalah gambar yang terdiri dari 13 klasifikasi jenis gambar. Peneliti hanya mengambil 3 sampel klasifikasi.
Adapun sumber data sekunder adalah karya buku seperti: Ilmu al-Lughah wa Shinā’ah al-Mu’jam, al-Bahtsu al-Mu’jam wa Madārisuhu, al-Mu’jam al-‘Arabi: Nasyatuhu wa Tathawwuruhu, Manāhij al-Bahtsu fi al-Lughah wa al-Ma’ājim, Manual of Lexicografi dan beberapa buku yang berkaitan dengan teori pembahasan.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menginventarisasi kosakata pada bab dan gambar yang telah ditentukan dalam kamus al-Munawwir.
  1. Teknik Analisis Data
Data dianalisis secara kritis dengan pendekatan leksikografi dan leksikologi yang ada dalam buku leksikologi dan leksikografi pada sumber data sekunder. Juga dilakukan komperatif dan koreksi terhadap data-data padanan entri dengan menggunakan Analisis komponen makna. Sebagai bahan komperatifnya yaitu: 1) Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasith, 2) Louis Ma’luf, al-Munjid fi Lughah wa al-Adab wa al-A’lam, 3) Hanswer, A Dictionary of Modern Written Arabic, 4) Majdi Wahab, Mu’jam al-Mushthalahah al-Arabiyah fi al-Lughah wa al-Adab, 5) Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor, Kamus al-‘Ashri, 6) Ali Mutahar, 6) Ali Mutahar, kamus Muhthahar (Arab-Indonesia).
  1. Teknik dan Sistematika Penulisan
Tesis terdiri dari dari 5 bab, yaitu: bab 1 pendahuluan, bab 2 berkaitan dengan pembahasan kamus dwibahasa dan ragamnya, bab 3 pembahasan perkamusan bahasa Arab, bab 4 analisis struktur dan padanan lema kamus al-Munawwir.
BAB II KAMUS DWIBAHASA DAN RAGAM PEMBAHASANNYA
Dalam bab ini peneliti menjabarkan 6 poin penting:
  1. Sekilas tentang Leksikografi dan Leksikologi.
Leksikografi merupakan ilmu praktis tentang penyusunan kamus, dasar-dasar yang diterapkan pada kamus, aturan tertib kosakata, dan penjelasannya. Sedangkan leksikologi adalah cabang linguistik yang mempelari butir-butir kosakata (leksem-leksem suatu bahasa, termasuk makna-makna dan hubungan-hubungannya, serta perubahan-perubahan dalam bentuk bentuk dan makna sepanjang waktu). Bisa dikatakan bahwa hubungan keduanya, jika leksikogi mempelajari seputar tentang kosakata maka lesikografi adalah aplikasi dari leksikologi yang berbentuk kamus kosakata.
  1. Pengertian Kamus Dwibahasa
Dapat disimpulkan pengertian kamus dwibahasa adalah kamus yang memuat daftar kata dengan keterangan makna dan penggunaannya dalam bahasa yang berbeda.
  1. Struktur Informasi Kamus Dwibahasa
Kamus didesain mempunyai struktur ganda yaitu struktur makro dan struktur mikro. Struktur makro adalah keseluruhan kata kepala atau kata entri yang disusun vertikal menurut abjad. Sedangkan struktur mikro adalah kumpulan keterangan/informasi yang mengikuti kata kepala dan dibaca secara horizontal mulai dari kiri ke kanan.
  1. Padanan Kamus Dwibahasa
Peneliti memaparkan bahwa padanan bukanlah proses, melainkan hasil dari proses penerjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Padanan juga merupakan kumpulan sinonimi dalam bahasa asing, baik sebagai kata tunggal yang mengacu pada obyek yang sama maupun kalimat-kalimat, penjelasan-penjelasan yang dianggap sebagai padanan penjelasan dari kata kepala.
  1. Kriteria Kamus Dwibahasa yang Baik
Peneliti memaparkan penyusunan kamus semestinya memperhatikan: 1) mengumpulkan berbagai pengetahuan tentang kata, 2) memilih entri, 3) mengurutkannya berdasarkan sistematika tertentu, 4) menulis materi kamus, 5) mencetak dalam bentuk dan model yang menarik.
  1. Masalah Semantis dalam Kamus Dwibahasa
Dalam pembahasan ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan tentang teori makna, tipe makna, animorfisme bahasa, dan analisa komponen makna.
BAB III PERKAMUSAN BAHASA ARAB
Pada bab ini peneliti membahas tentang leksikografi Arab, corak abjadi sharfi dalam kamus Arab-Indonesia, dan gambaran umum kamus al-Munawwir.
  1. Leksikografi Arab
Sistematika penyusunan entri dalam kamus Arab dapat diklasifikasikan menjadi:
1)      Sistem fonetik dan teknik rooling. Yakni didasarkan pada urutan tempat artikulasi huruf dengan mengacu pada huruf pertama dari akar masing-masing kata
2)      Sistem pengurutan berdasarkan alfabet khusus. Maksudnya setiap bab dimulai dengan kata yang berawalan bersangkutan diikuti huruf berikutnya, termasuk bentuk taqlib kata tersebut
3)      Sistem alfabetis. Yakni pengurutan berdassarkan  huruf terakhi dari setiap kata
4)      Sistem alfabetis yang diurutkan berdasarkan huruf pertama dari setiap kata dasar
5)      Sistem alfabetis yang diurutkan berdasarkan pengucapan. Sistem ini dilakukan dengan mengurutkan entri apa adanya tanpa membuang huruf tambahannya
Sedangkan dalam penyajian definisi dalam kamus Arab ada 9 teknik penyajian makna, yaitu: 1) interpretasi dengan al-Mughāyarah (pengubah), 2) interpretasi dengan satu kata, 3) interpretasi dengan lebih dari satu kata, 4) interpretasi dengan majas, 5) interpretasi dengan bahasa lain, 6) interpretasi dengan konteks kebahasaan, 7) interpretasi dengan konteks sebab, 8) interpretasi dengan konteks sosial, dan 9) interpretasi dengan gambar.
  1. Corak Abjadi Sharfi dalam Kamus Arab-Indonesia
Struktur Informasi Kamus Arab-Indonesia
Corak struktur kamus dwibahasa Arab-Indonesi disusun berdasarkan abjad/alfabet dan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu kamus yang menggunakan sistematika alfabet jadzri (pola asal kata), alfabet nutqi (yang tidak memperhatikan pola asal kata), dan menggunakan kedu-duanya dalam satu kamus.
Penyajian Makna dalam Kamus Dwibahasa Arab-Indonesia
Ada 4 macam teknik penyajian makna, yaitu: penjelasan makna dengan sinonim, antonim, kontekstual, dan gambar.
  1. Gambaran Umum Kamus al-Munawir
Dalam pembahasan ini peneliti menjabarkan sekilas tenteng biografi penyusun kamus al-Munawwir yaitu Ahmad Warson. Dan peneliti juga memberi gambaran umum tentang kamus al-Munawwir. Menurut peneliti kamus ini banyak mereferensikan entri katanya berdasarkan kamus al-Munjīd.
BAB 1V ANALISIS STRUKTUR DAN PADANAN LEMA KAMUS AL-MUNAWIR
Pada bab analisa ini, peneliti memulai analisanya terhadap struktuktur kamus al-Munawwir kemudian melanjutkan dengan menganalisa penyajian padanan yang digunakan kamus ini.
  1. Struktur Kamus
Struktur Makro
Struktur makro disebut juga struktur lema pokok kamus dari awal sampai akhir (dari huruf alif sampai ya’). Dalam hal ini, peneliti mengambil 50 entri kata dalam kamus al-Munawwir yakni entri kepala dalam bab hamzah, zal, dlad, ghain, dan ya’. Kemudian setelah menganalisanya, peneliti menyimpulkan bahwa corak struktur makro kamus al-Munawwir menggunakan tertib alphabet jadzri (pola asal kata)
Struktur Mikro
Struktur mikro adalah urutan atau susunan bentuk-bentuk derivasi dari setiap entri dan urutan-urutan verba berimbuhan (mazid) beserta bentuk derivasinya. Dalam hal ini peneliti ingin melihat konsisten atau tidaknya kamus ini dalam mengurut derivasi entri kata. Dengan ini peneliti mengambil data kata yang berupa bentuk kata kerja mujarrad (abstrak) dan mazid (berimbuhan), bentuk isim fa’il, isim maf’ul,dan isim ‘alat. Kesemua bentuk kata ini diambil dari bab hamzah, zal, dlad, ghain, dan ya’ dari kamus. Setalah menganalisa peneliti menyimpulkan kamus ini disusun berdasarkan aturan morfologi. Namun terdapat inkonsisten dalam penyajian kosa kata dalam bentuk ism fa’il, isim maf’ul, dan isim alat, seperti tidak memberikan keterangan dan tidak menyusun secara aturan morfologi.
Tertib Simbol dan Singkatan
Peneliti menganalisa data simbol dan singkatan yang ada dalam kamus kemudian menyimpulkan bahwa informasi yang diberikan dalam pendahuluan kamus al-Munawwir, baik berupa singkatan maupun simbul sudah cukup memadai. Namun informasi dari segi ilmu sharaf tidak cukup memadai, seperti informasi mengenai tashrif kata kerja dalam bahasa Arab.
  1. Penyajian Padanan
Sebelum melakukan analisa penyajian padanan, peneliti menganalisa dulu apakah kamus al-Munawwir cukup layak disebut sebagai kamus umum yang memadai. Dalam hal ini, peneliti menganalisa: entri dari berbagai aspek (aspek agama, pendidikan, politik, ekonomi, dan sastra), entri kata serapan dalam bahasa Arab, entri kata serapan dari bahasa Arab, dan volume kamus al-Munawir. Dari analisa ini peneliti menyimpulkan bahwa kamus al-Munawwir layak disebut sebagai kamus umum yang memadai karena telah mencakup kriteria kamus umum yang memadai.
Analisa Padanan Lema
Untuk memudahkan penelitian terhadap ketepatan padanan, peneliti menggabungkan dua cara analisa ketepatan padanan yaitu melakukan analisa komponen terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran secara bersamaan dengan dibantu kamus ekabahasa dan kamus dwibahasa.
Setelah menganalisa korpus 254 padanan yang diteliti, diperoleh hasil sebagai berikut: padanan sempurna berjumlah 224 atau 88,2 % sedangkan padanan tidak sempurna berjumlah 30 atau 11,8 %. Dari hasil temuan ini dapat diketahui bahwa ketepatan padanan yang terjadi dalam kamus al-Munawwir sekitar 88,2 %, sedangkan kekurangtepatan padanan terjadi mencapai 11,8 %.
BAB V KESIMPULAN
Corak kamus al-Munawir adalah abjad sharfi yang jadzri, struktur makro kamus disusun berdasarkan pola akar kata dan tertib abjad Arab, sedangkan struktur mikro disusun berdasarkan aturan morfologi Arab (ilmu sharf), jadi kamus ini lebih diperuntukkan untuk tingkat menengah dan lanjut yang telah belajar morfologi Arab (ilmu sharf). Namun demikian ditemukan beberapa inkonsisten dalam penyajian sub entri, baik kata kerja atau kata benda dan contoh kontekstual serta pada penyajian gambar disusun berdasarkan tematik, kosakata disajikan secara acak dan tidak berdasarkan abjad. Dalam penyajian padanan, kamus al-Munawir menggunakan tiga jenis padanan yaitu padanan penerjemahan, padanan penjelas, dan padanan gabungan (padanan penerjemahan disertai glos dan padanan penjelas yang disertai glos). Sehingga dapat diketahui bahwa kamus al-Munawir adalah jenis kamus untuk memahami dan mendeskripsikan teks bahasa sumber. Padanan kamus al-Munawir bisa dikatakan padanan sempurna dalam aspek agama, pendidikan, politik, ekonomi, bahasa, dan sastra. Dalam aspek tersebut mencapai 88,2 % dari kata yang dianalisis. Animorpisme bahasa dalam kamus al-Munawir cukup kecil terjadi karena adanya transmisi dalam Islam dan bahasa Arab kesseluruh polosok dunia termasuk Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kata serapan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Sehingga ketika memberikan padanan, lebih mudah memberikan padanan berupa kata serapan.
  1. REVIEW TESIS
  1. Review Metodologi dan Alternatifnya
Judul
Judul sebuah penelitian harus jelas sehingga dapat menarik perhatian orang untuk mau membaca bahkan mempelajari isinya. Judul haruslah menjadi gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkup penelitian tersebut. Namun harus tetap dalam kerangka singkat, spesifik, dan jelas[1].
Judul juga harus menggunakan kata-kata yang jelas, singkat, deskriptif, dan tidak merupakan pertanyaan. Hendaknya hindarkan penggunaan kata-kata yang kabur, bombastis, bertele-tele, tidak runtut, dan lebih dari satu kalimat[2].
Judul tesis ini adalah “Kamus al-Munawwir dalam Perspektif Lekskografi dan Leksikologi “. Judul menurut pemakalah mengandung makna pandangan dari dua sisi terhadap kamus al-Munawwir. Akan tetapi konten isi tesisnya peneliti memaksudkan hanya dalam kerangka pengkajian leksikografi kamus. Ini dapat dilihat dari rumusan masalah penelitian dan bab 4 analisa penelitian, yakni: analisa struktur kamus dan analisa padanan lema[3].  Dalam analisis ini, peneliti tidak menjawab dua perspektif ini secara spesifik. Menurut reviewer judul kurang tepat dan tidak mampu mengambarkan konten isi penelitian.  Alternatif menurut reviewer adalah “Leksikografi Kamus al-Munawwir”. Judul ini tentu lebih tepat bila melihat objek kajian penelitian yang mengkritisi dari sisi leksikografi kamus al-Munawwir.
Latar belakang masalah
Dalam latar belakang masalah, perlu dijelaskan tentang pengtingnya judul yang diteliti. Sehubungan dengan ini, maka peneliti perlu menyajikan referensi yang relevan berdasarkan studi pendahuluan untuk memperkuat alasan pemilihan judul[4].
Latar belakang yang dituliskan peneliti berkisar tentang sejarah perkamusan Arab dan seputar sejarah kamus Arab-Indonesia. Kemudian peneliti melanjutkan pada problematika yang terdapat dalam kamus al-Munawwir. Dari jabaran menurut reviewer peneliti telah cukup bagus dalam mengangkat urgensi problematika al-Munawwir untuk menguatkan judul yang dibahasnya[5]. Namun menurut reviewer, peneliti sebaiknya juga mengangkat urgensi judul dengan memposisikan tesis dari karya-karya yang relevan dengan judul.
Permasalahan
1)      Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah penting menjelaskan berbagai permasalahan yang muncul dari judul yang dibahas karena ditinjau dari berbagai aspek[6]. Namun dalam tesis ini identifikasi masalah hanya seputar aspek leksikografi kamus al-Munawwir[7]. Sebaiknya peneliti juga mengidentifikasi kaitan leksikografi al-Munawwir dengan kemungkinan terhadap aspek lainnya juga.
2)      Pembatasan Masalah
Dalam hal ini, peneliti sudah tepat dalam memberikan alasan pendukung. Namun pembatasan masalah juga perlu data pendukung sehingga penelitian ini layak untuk dibahas[8].
3)      Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah peneliti harus lebih konkrit permasalahan yang hendak dijawab pada kesimpulan[9]. Pada bagian telah memadai dalam perumusan masalahnya.
Peneliti merumuskan: Apakah corak kamus al-Munawwir cenderung abjadi sharfi yang jadzri, non jadzri atau kedua-duanya? Apakah padanan lema dalam kamus al-Munawwir cenderung padanan sempurna atau padanan sebagian?[10]. menurut reviewer, rumusan yang pertama tidaklah layak untuk diteliti dengan serius, kerana untuk mengetahui jawabannya cukuplah hanya dengan sekilas melihat kamus tersebut. Dalam hal ini, menurut reviewer sebaiknya meletakkan pembahasan corak kamus dalam pembahasan gambaran umum kamus al-Munawwir, tidak dalam analisa bab 4.
Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Dalam hal ini, menurut reviewer telah baik dalam konsistensi dengan perumusan masalah yang diutarakan[11]. Dan peneliti juga tidak keluar dari konteks perumusan masalah.
Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang dipaparkan oleh peneliti berkaitan dengan leksikografi Arab (kamus ekabahasa Arab ke Arab). Sedangkan leksikografi Arab-Indonesia, peneliti merasa kesulitan dan hanya mendapati karya sejarah kamus Arab-Indonesia[12]. Dalam hal ini, tentulah peneliti tidak mampu mengaitkan dengan karya terdahulu yang relevan dan spesifik terhadap judul untuk dijadikan uraian distingsi penelitiannya[13].
Menurut reviewer, bilapun tidak mendapati karya yang relevan terhadap kamus dwibahasa Arab-Indonesia, peneliti juga bisa mencari kamus dwibahasa dari bahasa asing lainnya seperti, Arab-Inggris atau Arab-bahasa lainnya.
Metode Penelitian
1)      Peneliti menggunakan metodologi penelitian dengan jenis studi kepustakaan yang bersifat analisis-deskriptif. Melihat dari analisanya pada bab 4, menurut reviewer peneliti konsisten dan tepat dalam menggunakan metodologi ini. Namun menurut reviewer, dalam analisanya, peneliti sedikit berbau comperatif dalam hal referensi yang dijadikan landasan dalam analisis, seperti dalam penyajian padanan, peneliti membandingkan dengan kamus Arab-Indonesia al-‘Asri[14]. Menurut reviewer, analisis-comperatif-deskriftif lebih tepat dalam menganalisa objek penelitian ini.
2)      Dalam teknik pengumpulan data, peneliti mengambil hanya dari data primer dan data sekunder tanpa melibatkan data dari wawancara. Menurut reviewer, data wawancara sangat urgen bila objek penelitian menganalisa sebuah karya. Dan tentu saja, data wawancara ini akan mempermudah peneliti dalam mengkaji objek tersebut.
3)      Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan pendekatan leksikografi dan pendekatan leksikologi yang ada pada data sekunder. Dan peneliti juga melakukan komperatif dengan kamus ekabahasa Arab dan kamus dwibahasa Arab-Indonesia. Reviewer melihat komperatif yang dipaparkan, peneliti hanya menjelaskan kelebihan kamus tersebut[15] tanpa menjelaskan apakah kamus komperatif yang digunakan untuk menganalisa kevalidan padanan layak atau memadai sebagai kriteria kamus yang dijadikan patokan. Dalam hal ini, sebaiknya peneliti lebih jeli dalam menentukan sebuah padanan valid atau tidaknya, bukan hanya bersandar pada kamus yang belum tentu teruji.
  1. Review Teori
1)      Bab II
Dalam bab ini, peneliti memberi judul ‘kamus dwibahasa dan ragam bahasannya’. Adapun kontennya seputar tentang leksikografi dan leksikologi, pengertian kamus dwibahasa, struktur informasi kamus dwibahasa, padanan kamus dwibahasa, kriteria kamus dwibahasa yang baik, dan Masalah semantis dalam kamus dwibahasa[16].
Dalam bab ini reviewer memberi penilaian:
1)      Judul bab ini tidak bertahap dalam menjelaskan konten penelitian. Sebaiknya peneliti memberi judul “leksikografi-leksikologi umum kamus dan kamus dwibahasa”. Dengan judul ini pada bab 2, menurut reviewer lebih jelas, konsisten, dan relevan dengan objek penelitian.
2)      Teori yang berkenaan tentang leksikologi dan leksikografi yang dipaparkan, menurut penulis kurang akurat dan tidak memadai dahaga keingitahuan pembaca. Sebaiknya berkaitan tentang leksikografi dan leksikologi peneliti mengklasifikasi teori-teori yang ada seperti, teori menurut pandangan pakar linguistik barat, pakar linguistik Arab, dan pakar linguistik Indonesia.
3)      Susunan pembahasan yang dipaparkan, tidak bertingkat dan tidak diklasifikasikan. Alternatif susunan pembahasan dari reviewer adalah: menjadikan dua klasifikasi besar yaitu leksikografi dan leksikologi umum kamus, dan leksikografi dan leksikologi dwibahasa kamus.
2)      Bab III
Dalam bab 3 ini diberi judul ‘Perkamusan Bahasa Arab’. Adapun pembahasannya berkisar: a) leksikografi Arab, b) corak abjadi sharfi dalam kamus Arab-Indonesia, dan c) gambaran umum kamus al-Munawwir[17].
Dalam bab 3 ini reviewer menilai:
1)      Judul yang diberikan tidak mencakup terhadap pembahasan yang ada. Sebaiknya agar mencakup keseluruhannya, peneliti memberi judul ‘Pembahasan Leksikografi Arab, Leksikografi Arab-Indonesia, dan Gambaran Umum Leksikografi Kamus al-Munawwir’
2)      Adapun susunan dan pembahasan sudah tertib. Namun alternatif yang reviewer berikan mengubah judul susunan pembahasannya tanpa mengubah konten pembahasan yang diberikan peneliti, yaitu: a) leksikografi Arab, b) corak leksikografi Arab-Indonesia, dan c) gambaran umum leksikografi kamus al-Munawwir.
3)      Bab IV
Dalam bab ini adalah analisa. Peneliti memberi judul ‘analisis struktur dan padanan lema kamus’. Adapun konten pembahasannya: a) Struktur kamus. b) penyajian padanan, dan c) kelebihan dan kekurangan kamus[18].
Penilaian reviewer: Judul yang diberikan oleh peneliti sudah konsisten dengan objek yang akan dianalisis, namun susunan tema pembahasan tidak selaras dengan judul bab. Sebaiknya peneliti tidak teledor dalam hal memberi tema yang diseleraskan dengan judul bab. Alasannya peneliti tidak mengarah atau fokus pada tema yang akan dianalisa. Akan tetapi lebih dahulu membuat pembaca mendapat penjelasan yang tak terarah dan ngambang.  Tema yang diberikan terlalu umum dan implikasinya analisis peniliti kurang tepat sasaran. Sebaiknya peneliti mempertegas tema yang akan dianalisa dan tidak menganalisa dalam lain hal yang mungkin memang relevan.
Dalam hal ini reviewer menyarankan tema dari judul diberikan hendaknya : a) analisa struktur kamus al-Munawwir, dan b) analisa penyajian padanan kamus al-Munawwir. Dan kerana sesuai dengan alternatif yang reviewer berikan, maka hanya cukup saja mengangalisa tentang penyajian padanan. Sedangkan tentang struktur kamus bisa diletakkan dalam bab 3 pada tema gambaran umum leksikografi kamus al-Munawwir.
4)      Bab V
Dalam bab ini, peneliti sudah mencakup jawaban dari perumusan masalah. Namun peneliti juga memberikan jawaban panjang yang berimplikasi pada analisa tambahan diluar dari kebutuhan jawaban[19]. Alternatif yang reviewer sarankan yang berdasarkan dari alternatif sebelumnya, maka hendaklah peneliti hanya fokus dalam tentang hasil analisis penyajian makna dan hanya mempertegas dalam masalah ini.  
  1. ALTERNATIF OUT LINE
Outline sebelumnya:
Judul Tesis : Kamus al-Munawwir dalam Perspektif Leksikologi dan Leksikografi
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2. Permasalahan
  3. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
  4. Tinjauan Pustaka
  5. Metode Penelitian
  6. Teknik dan Sistematika Penulisan
  7. Jadwal Penelitian
BAB II KAMUS DWIBAHASA DAN RAGAM PEMBAHASANNYA
  1. Sekilas tentang Leksikografi dan Leksikologi
  2. Pengertian Kamus Dwibahasa
  3. Struktur Informasi Kamus Dwibahasa
  4. Padanan Kamus Dwibahasa
  5. Kriteria Kamus Dwibahasa yang Baik
  6. Masalah Semantis dalam Kamus Dwibahasa
BAB III PERKAMUSAN BAHASA ARAB
  1. Leksikografi Arab
  2. Corak Abjadi Sharfi dalam Kamus Arab-Indonesia
  1. Struktur Informasi Kamus Arab-Indonesia
  2. Penyajian Makna
  1. Gambaran Umum Kamus al-Munawir
BAB 1V ANALISIS STRUKTUR DAN PADANAN LEMA KAMUS AL-MUNAWIR
  1. Struktur Kamus
  1. Struktur Makro
  2. Struktur Mikro
  1. Bentuk Kata Kerja Mujarrad dan Mazid
  2. Bentuk Isim Fa’il, Isim Maf’ul, dan Isim ‘Alat
  1. Tertib Simbol dan Singkatan
  1. Penyajian Padanan
  1. Materi Entri
  1. Entri dari Berbagai Aspek (aspek agama, pendidikan, politik, ekonomi, dan sastra)
  2. Entri Kata Serapan dalam Bahasa Arab
  3. Entri Kata Serapan dari Bahasa Arab
  1. Volume Kamus al-Munawir
  2. Padanan Lema
  1. Teknik Penjelasan Makna
  1. Penjelasan Makna dengan Sinonim
  2. Penjelasan Makna dengan Antonim
  3. Penjelasan Makna dengan Kontekstual
  4. Penjelasan Makna dengan Gambar
  1. Padanan Lema
  1. Kelebihan dan Kekurangan Kamus al-Munawwir
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun outline alternatifnya:
Judul Tesis: Leksikografi Kamus al-Munawwir
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2. Permasalahan
  3. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
  4. Tinjauan Pustaka
  5. Metode Penelitian
  6. Teknik dan Sistematika Penulisan
  7. Jadwal Penelitian
BAB II LEKSIKOLOGI-LEKSIKOGRAFI UMUM KAMUS DAN LEKSIKOLOGI-LEKSIKOGRAFI KAMUS DWIBAHASA
  1. Leksikografi-Leksikologi Umum Kamus
1.      Temanya disesuaikan
2.      Temanya yang disesuaikan, dan seterusnya
  1. Leksikologi-Leksikografi Kamus Dwibahasa
1.      Temanya disesuaikan
2.      Temanya disesuaikan
3.      Dan seterusnya
BAB III PEMBAHASAN LEKSIKOGRAFI ARAB, LEKSIKOGRAFI ARAB-INDONESIA, DAN GAMBARAN UMUM LEKSIKOGRAFI KAMUS AL-MUNAWWIR
  1. Leksikografi Arab
1.      Temanya disesuaikan
2.      Temanya disesuaikan
3.      Dan seterusnya
  1. Leksikografi Arab-Indonesia
1.      Temanya disesuaikan
2.      Temanya disesuaikan
3.      Dan seterusnya
  1. Gambaran Umum Leksikografi Kamus al-Munawir
BAB 1V ANALISIS PADANAN LEMA KAMUS AL-MUNAWIR
  1. Tema Disesuaikan dengan Objek yang Akan Dianalisa
  2. Dan seterusnya
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Daftar pustaka
Dirdjosisworo, Soedjono Pengantar Epistimologi dan Logika, Bandung: Remadja
 Karya, 1985
Rosalinda, Kamus al-Munawwir dalam Perspektif Leksikografi dan Leksikologi,Tesis
 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
Suwendi, Modul Metodologi Penelitian Program Dua Mode Sistem. Fakultas Ilmu
            Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam
            2011-2015, (Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2011


BACA JUGA

Label: